Tuesday, June 7, 2016

Nasi Jinggo

nasi djenggo

Bali patut bangga punya makanan khas nasi jinggo. Street food yang satu ini sangat diminati selain harganya yang sangat terjangkau, rasanya pun tak usah dipertanyakan lagi. Jika anda ke Bali jangan sampai terlewatkan mencicipi nasi jinggo. Belilah barang beberapa bungkus, porsi mungil tapi rasa super. Satu bungkus hanya lewat doang diperut, anda masih butuh bungkus berikutnya. I love Bali....

nasi jinggo


Mungkin tak banyak yang tau sejarah nasi jinggo. Saya pun begitu. Awalnya saya kira "jingo" berasal dari bahasa hokkien. Jeng go artinya seribu lima ratus. Karena kisaran harga nasi jinggo dulunya antara 1000-4000 rupiah. Di wikipedia pun ditulisnya begitu. Tapi setelah menyimak cerita Mas Bayu di Instagram @epicurina, ternyata nasi jinggo punya sejarah yang berbeda. 

Ini dia sejarahnya dituturkan oleh Chef kawakan dan Presiden Indonesian Chef Association @henryalexiebloem. 

Awal 1970-an ibu saya mulai menjual nasi bungkus dengan  tiga pilihan lauk: ayam, sapi dan babi guling. Jam 7 pagi nasi bungkus tersebut sudah siap di pelabuhan Benoa, dikonsumsi sopir-sopir mobil tangki Pertamina, pekerja-pekerja pelabuhan, dan para pemancing. Penjual nasi yg bekerja pada ibu saya saat itu menjajakan nasi bungkusnya dgn berkata "NASI MEN DJENGGO". 

Kenapa disebut nasi Men Djenggo? Karena Ayah saya. Ayah kelahiran 1924, seorang Kapten pensiunan TNI yang saat mudanya turut berperang, papahnya Belanda dan mamahnya Betawi. Ayah gemar film cowboy Django (Franco Nero), dan saking sukanya saya yg masih bayi (lahir tahun 1968) sering dininabobokan oleh ayah dgn nyanyian "Djenggo jago tembak... Djenggo jago tembak..." Karena tetangga dan saudara2 disekitar rumah sering mendengarnya, sejak masa itu saya dipanggil Djenggo. Hingga saat kini pun kalau saya pulang ke rumah Ibu di Desa Sesetan, Banjar Kaja, semua saudara2 dan tetangga saya masih memanggil saya Djenggo, sehingga ibu saya pun dipanggil Men Djenggo (Ibunya Djenggo, red.). Nasi Men Djenggo saat itu dijual dgn harga 100 rupiah/bungkus. Men Djenggo saat itu sudah membuat rata2 perhari 100 hingga 150 bungkus nasi bungkus, dan lebih dari 10 tahun berjualan nasi bungkus hingga sekitar tahun 1982 ibu saya berhenti berjualan karena harus mengabdi dalam ajaran agama Hindu, Ngiring menjadi Mangku (pendeta Hindu). 

Setelah itu sekitar tahun 1985an munculah nama Nasi Djenggo di depan Pasar Badung Denpasar, dan hingga saat ini ada beraneka ragam jenis Nasi Djenggo, dan dianggap makanan khas Denpasar dan Bali.

Saat ini para penjual semakin kreatif, nasi jenggo tidak hanya dibungkus dengan daun tapi dikemas dengan lebih cantik. Sebenarnya apa sih yang bikin nasi jinggo ini begitu menggugah selera? Sambelnya. Sambal terasi yang gurih dan pedas. Semakin pedas si sambal semakin banyak nasi jinggo yang anda butuhkan. Tambah enak, tambah terus.

nasi jinggo

Lauk pauk nasi jinggo ini hampir sama dengan nasi campur bali hanya porsinya lebih minimalis. Jika anda ingin lauk komplit belilah nasi jinggo yang harganya agak tinggi kira-kira diatas Rp. 10.000 an. Nah kalo lauk pauknya seperti foto diatas, anda cukup membayar Rp 3.000 saja. Ini harga waktu saya mudik taun kemaren ya, mudah-mudahan gak naik.

Yang tinggal di luar Bali bisa bikin sendiri lho. Gak susah. Lauknya bisa sekalian bikin yang banyak buat stok. It's me, kalo bikin ayam pelalah langsung banyak, simpen di freezer. 

Lauk pauk  Nasi Jinggo
1. Nasi putih hangat
2. Telor rebus
3. Tempe manis
4. Ayam pelalah
5. Serundeng 
6. Mie gorang
7. Sate lilit
8. Sambal terasi atau sambal bongkot

Itu lauk pauk yang biasanya anda jumpai tapi bisa saja diganti sesuai selera masing-masing. Ditambah dendeng manis, rendang, dll. 

Resep lauk pauk sang Jingo menyusul ya. To be continued....

No comments:

Post a Comment